Renungan Kristen Tentang Sahabat Sejati

Renungan Pemuda Kristen Tentang Sahabat Sejati

Bersamakristus.org – Renungan Kristen tentang sahabat sejati. Pengertian sejati dapat juga dikatakan sebagai setia. Sahabat atau teman sejati adalah mereka yang selalu ada untuk kita dalam kondisi apapun, entah dalam kondisi sulit maupun dalam kondisi senang dan bersukacita.

Memiliki sahabat sejati merupakan hal yang membanggakan, terlebih jika kita sedang berada dalam masalah, sahabat sejati akan hadir untuk membantu kita. Entah membantu dalam memberikan keringanan beban, maupun motivasi moral.

Namun sebagai manusia, kita tidak boleh hanya mengharapkan memiliki sahabat atau kawan sejati saja. Kita, juga harus bersikap menjadi sahabat sejati bagi teman-teman kita sendiri. Saat teman kita bersukacita ataupun bersusah duka, kita harus selalu ada untuknya.

Maka dari itu pada kesempatan kali ini kami ingin membagikan beberapa kumpulan renungan harian rohani Kristen tentang sahabat yang sejati. Renungan-renungan rohani ini kami ambil dari berbagai sumber, mulai dari situs santapan rohani hingga firman Tuhan atau ayat emas Alkitab.

Renungan rohani singkat ini bisa dibaca pada saat teduh, air hidup, maupun ketika beribadah di gereja. Langsung saja silahkan simak ulasan mengenai beberapa kumpulan renungan harian rohani Kristen yang singkat, pendek, ringkas, dan menginspirasi ini.

Renungan dan Khotbah Kristen Tentang Sahabat Sejati

Sebelumnya kami telah membahas mengenai renungan rohani kristen tentang kesetiaan. Dan di sini, silahkan langsung simak renungan rohani Kristen singkat tentang sahabat sejati yang dilansir dari berbagai sumber.

1. Kasih Sejati Seorang Sahabat

“Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.” 1 Samuel 18:3.

Tidak ada seorang pun yang bisa menjalani hidup sendirian, melainkan harus selalu membutuhkan orang lain, terlebih yang bisa menjadi tempat berbagi suka dan duka. Orang yang bisa berbagi rasa di segala situasi bukan teman biasa, melainkan sahabat sejati.

Semua orang mengakui bahwa untuk memiliki banyak teman bukan perkara sulit, melainkan untuk memiliki seorang sahabat sejati tidak semudah mengembalikkan telapak tangan. Hal ini juga pernah dikatakan Aristoteles.

“Menjadi seorang teman adalah mudah, tapi persahabatan adalah buah yang lama berbuah.” (Aristoteles).

Kehadiran seorang sahabat dalam hidup laksana lilin kecil di tengah kedelapan. Ibarat mercusuar di lautan lepas, bersyukurlah bila di zaman yang gersang kasih seperti ini kita masih memiliki seorang sahabat! Hubungan antara Yonatan dan Daud adalah contoh ideal persahabatan sejati antara dua orang yang saling mengasihi satu sama lain.

“…berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.” (ayat 1).

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17).

Bukti kasih dan kesetiaan Yonatan terhadap Daud adalah ketika Raja Saul mencoba untuk menghilangkan nyawa Daud. Ia tetap berpiha kepada yang benar, yaitu mengasihi Daud. Meskipun tindakannya ini mengandung risiko harus kehilangan hak atas tahtanya yang semestinya menjadi haknnya kelak.

Inilah ciri utama seorang sahabat sejati yaitu rela berkorban. Persahabatan dan kesetiaan Yonatan kepada Daud justru menunjang dan memberi peluang bagi Daud untuk memperoleh tahta kerajaan yang seharusnya jatuh kepada Yonatan.

Kasih sahabat sejati seperti Yonatan ini sulit ditemui pada masa sekarang. Yang ada adalah kasih yang disertai tendensi dan penghianatan demi kepentingan diri sendiri. Ada juga saudara kandung yang saling berkhianat oleh karena memperebutkan harta atau warisan.

“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.” Amsal 18:24.

2. Menjadi Sahabat Sejati

“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Amsal 27:17.

Ada hal yang kerap tidak kita pahami yaitu terkadang Tuhan menggunakan orang lain untuk membentuk kita. Ayat nas yang terteradi atas jelas menyatakan bahwa pembentukan karakter ditentukan oleh kerelaanya menerima teguran dan pembelajaran dari orang lain.

Persekutuan kita dengan orang lain bisa membawa dua dampak berbeda, yaitu kita makin dipertajam, dimatangkan, dan didewasakan. Yang membentuk dan menggesek kita biasanya bukan orang jauh, melainkan orang-orang yang dekat dengna kita. Maka dari itu kita harus berhati-hati membantuk hubungan dengan seseorang, karena hubungan itu akan membentuk diri kita sendiri.

“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” dan “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33).

Orang bodoh yang bergaul dengan orang bodoh akan selalu bodoh, namunbila ia mau bergaul dengan orang pintar maka ia akan menjadi pintar karena dia bisa belajar dari orang tersebut.

Bila orang yang tidak baik mau bergaul dengan orang baik, dia akan menjadi baik. Namun jika orang yang tidak baik itu hanya mau bergaul dengan orang yang tidak baik, maka hasilnya dia akan tetap menjadi orang yang tidak baik.

Maka dari itu, kita harus selektif dalam memilih teman atau sahabat agar kita tidak terpengaruh kepadahal-hal yang tidak baik. Kita juga harus bisa menemukan sahabat sejati yang bisa memberi nilai tambah positif bagi kita, yaitu membangun, menguatkan, dan membimbing kita kepada kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Inilah perlunya mempunyai soerang sahabat, yaitu orang yang bisa menerima, berjalan dalam kebersamaan baik suka maupunduka, meningkatkan semangat dan gairah dalam belajar, atau melayani Tuhan.

Untuk apa memiliki sahabat bila dengan persahabatan itu kita semakin jauh dari Tuhan, meninggalkan pelayanan, nilai-nilai di sekolah makin turun drastis dan sebagainya? Itulah mengapa tidak mudah menemukan sahabat yang sejati, butuh waktu dan proses yang tidak singkat.

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17).

Sahabat tidka hanya mengasihi atau hadir ketika kia berada di kesenangansaja, melainkan mereka hadir di setiap keadaan untuk kita.

Akhir Kata

Sekian pembahasan mengenai renungan harian rohani kristen tentang sahabat sejati. Mari kita sama-sama menjaga sahabat dan kawan sejati kita serta bersikap untuk lebih peduli terhadap teman yang tengah dirundung masalah. Haleluya, Amin.

Baca:


Tinggalkan komentar