Renungan Kristen Tentang Pengorbanan

Renungan Pemuda Kristen Tentang Pengorbanan

Bersamakristus.org – Renungan harian rohani Kristen mengenai pengorbanan. Sebagai umat yang percaya, kita tentu telah mengetahui betapa besar pengorbanan orang-orang yang ada di dekat kita untuk melindungi kita. Sebut saja pengorbanan ibu ketika melahirkan kita, ayah yang mencari nafkah bagi kita, dan sebagainya.

Tanpa adanya mereka, kita tentu tidak akan menjadi manusia yang dipandang sebagai manusia olleh orang lain. Tanpa adanya dukungan dan motivasi dari mereka, tentunya kita tidak akan menjadi orang yang sukses dan berhasil seperti saat ini.

Maka dari itu kita harus bersyukur dan berterima kasih dengan mengucapkan doa kristen untuk orangtua. Selain itu, ucapan syukur dan pujian juga layak kita panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi pengorbanan terbesar dalam kehidupan kita.

Pengorbanan tersebut adalah sesuatu yang terjadi di atas kayu salib. Di mana Tuhan Yesus menanggung seluruh beban dan kesalahan kita agar kita dimaafkan, terhindar dari marabahaya, dan tentunya menjadi manusia yang layak di hadapan Bapa.

Kadang, pengorbanan mereka kita lupakan karena terlena oleh harta dan kesenangan duniawi. Maka dari itu pada kesempatan yang baik ini kami ingin membagikan beberapa kumpulan renungan harian air hidup dan saat teduh rohani Kristen tentang pengorbanan yang menyentuh dan menginspirasi.

Renungan Rohani Kristen Tentang Pengorbanan

Berikut adalah beberapa renungan harian rohani Kristen tentang pengorbanan orangtua, ibu, ayah, atau Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib secara singkat untuk pemuda dan remaja. Silahkan simak renungan air hidup saat teduh yang penuh motivasi ini.

1. Memberi dengan Penuh Pengorbanan

“Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan.” 2 Korintus 8:5a.

Hidup pada zaman sekrang sangat sulit, tak mudah menemukan orang yang punya kepedulian terhadap sesama, apalagi yang memiliki kemurahan hati. Sebagaimana di dalam Alkitab dinyatakan bahwa di masa-masa akhir, kebanyakan orang tak lagi punya kasih.

Kasih menjadi dingin dan orang-orang lebih cenderung mementingkan diri sendiri. Ini adalah gambaran mengenai keadaan manusia pada masa akhir nantinya, yang sebenarnya sudah mulai kita rasakan.

Meski demikian, apapun situasinya, orang percaya diajar untuk memiliki kasih seperti kristus. Tak mudah mempraktekkan kaish karena kasih itu memberi. Dalam hal memberi ini bukan semata-mata bicara mengenai pemberian yang berwujud uang atau materi, melainkan juga perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran.

Lebih mudah memberi ketika orang sedang terberkati atau memiliki harta berlebih. Mmeberi ketika diri sendiri dalam keadaan kurang, apakah hal tersebut memungkinkan? Jangankan untuk memberi, memenuhi kebutuhan hidup saja kadang pas-pasan. Akhirnya orang-orang berpikir ulang bila ingin memberi.

“Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:35b).

Kebanyakan orang lebih suka menerima dibanding memberi. Namun prinsip Alkitab justru menganjurkan kita untuk banyak memberi, karena memberi justru menjadi kunci berkat.

“Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,” (Amsal 11:25).

Jemaat Makedonia merupakan teladan bagi orang percaya dalam hal memberi. Sekalipun keadaan jemaat ini sangat pas-pasan, namun mereka memiliki hati yang terbeban untk mendukung pekerjaan Tuhan. Yang mendasari mereka mampu memberi banyak bahkan melampaui kemampuan mereka sendiri, adalah kasih Tuhan. Kemurahan hati mereka justru berasal dari kekurangan/kemiskinannya.

“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.” (2 Korintus 8:2).

Secara materi, mereka sangat berkekurangan namun mereka kaya dalam hal kemurahan dan mereka mencari sukacita dengan memberi di tengah penderitaan. Inilah yang kemudian disebut dengan pemberian dalam pengorbanan. Berkorban untuk Ruhan dari kekurangan atau kemiskinannya.

“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,” 2 Korintus 9:7.

2. Pengorbanan di Balik Kemenangan

“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” Kisah 20:24.

Seringkali nama Indonesia terdengar di kancah internasional karena prestasi yang membanggakan. Misalnya pebulutangkis Indonesia yang juara olimpiade, anak muda Indonesia yang juasa olimpiade sains internasional, dan masih banyak lagi.

Kemenangan dan prestasi mereka menjadi seperti tetetan embun bagi gelap gulitanya kehidupan di Indonesia dan menjadi pelecut semangat pemuda pemudi lain untuk meraih kesuksesan dan membanggakan Indonesia. Namun, selalu ada harga yang harus dibayar, bahwa kemenangan pasti memiliki pengorbanan, seperti kerja keras, disiplin, keringat yang bercucuran, air mata, hingga darah yang tercurah.

Demikian pula dengan keselamatan, kemenangan, kesembuhan, dan pemulihan yang telah kita terima juga meruapakan buah pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib.

“dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” (Roma 3:24).

Yesus Kristus rela menderita dan menyerahkan nyawa-Nya supaya kita terbebas dari segala kutuan dosa. Hal ini membuktikan bahwa pengorbanan tak ternilai harganya.

“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'” (Galatia 3:13).

“…kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Petrus 1:18-19).

Banyak orang Kristen yang meremehkan pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Terbukti kita masih berkompromi dengan dosa dan hidup untuk diri sendiri. Berbeda dengan Paulus yang merespons anugerah keselamatan yang diterimanya dengan bertekad.

…bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).

Paulus rela berkorban waktu, tenaga, dan seluruh hidupnya demi Injil hingga titik darah penghabisan.

Akhir Kata

Itulah penjelasan mengenai renungan rohani kristen tentang pengorbanan. Semoga dengan adanya renungan ini kita bisa menyadari betapa besar pengorbanan orang tua, teman, kekasih, suami, istri, ataupun Tuhan Yesus untuk membantu hidup kita mencapai sukacita.

Baca:


Tinggalkan komentar