Pengertian Diakonia

Pengertian Diakonia Koinonia dan Marturia dalam Kristen

Bersamakristus.org – Pengertian diakonia. Sebagai orang percaya, kita menyadari bahwa gereja bukanlah gedungnya. Bukan juga soal legalitas yang berhasil mendirikan sebuah denominasi tertentu.

Namun gereja adalah tentang perkumpulan orang yang sudah percaya Kristus atau suatu komunitas tertentu yang tengah mengerjakan kehendak dan kerinduan-Nya. Jadi, bila kita memiliki persekutuan di suatu lingkungan, maka itu juga bisa dinamakan gereja.

Gereja juga memiliki arti yang dipanggil keluar dari dunia dan menjadi milik Tuhan. Karena visi inilah sehingga gereja memiliki tugas sangat vital yang harus dikerjakan. Dinamakan diakonia, koinonia, dan marturia.

Di sini, kami akan menjelaskan arti, pengertian, dan definisi diakonia, koinonia, dan marturia Anda bisa menyimak ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah berikut ini.

Pengertian Diakonia dalam Kristen

Doakonia berasal dari Bahasa Yunani, yakni dakoneo yang berarti melayani. Arti melayani yang dikonsepkan Allah berbeda dengan arti melayani yang dikonsepkan dunia. Dunia berkata bahwa dapat ‘melayani seseorang jika…’.

Misalnya jika situasi kita sedang baik kita bisa melayani, namun jika banyak masalah kita tidak mau melayani. Arti melayani menurut apa kata dunia ini memicu kita tidak dapat meninggalkan ego kita oleh dikarenakan terdapatnya pelayanan bersyarat yang dikerjakan.

Sementara arti melayani yang dikatakan oleh Allah, kita memang harus meninggalkan keakuan kita dan bersedia menempatkan keperluan orang lain di atas keperluan kita. Dan dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Efesus 6:7 berikut ini.

  • Inilah arti melayani yang memang yakni lakukan segala sesuatunya layaknya untuk Tuhan dan bukan layaknya untuk manusia. Jika kita lakukan segala sesuatunya layaknya untuk Tuhan, maka kita tak dapat banyak alasan pastinya untuk tidak melayani.
  • Kita dapat berjuang meninggalkan zona nyaman kita. Kita tetap melayani sama sekali orang yang kita layani merespon hal yang berlainan dengan yang kita harapkan atau orang yang kita layani sepertinya tidak mengalami perubahan apapun dari apa yang udah kita melakukan sehingga kita terasa percuma dapat service yang kita kerjakan.
  • Ingat, layaknya untuk Tuhan dan bukan layaknya untuk manusia! Ketika mengingat apa yang Allah udah melakukan di di dalam kita maka hal inilah yang menguatkan kita di dalam mengerjakan pelayanan.
  • Hal inilah yang menyebabkan kita tetap maju bersama dengan-Nya menjadi rekan-Nya perlihatkan kasih-Nya lewat service kepada sesama.

Kita juga harus senantiasa waspada dalam menafsirkan bagian ini. Segala sesuatu yang kita krjakan memang benar merupakan pelayanan, namun hendaknya kita berpikir bahwa dengan kita belajar yang rajin, mengerjakan belajar dengan memberi yang paling baik untuk Tuhan, atau bekerja dengan berintegritas, menyebabkan kita terasa sudah melayani Tuhan.

Pelayanan adalah layanan terdapatnya kecuali keberadaan kita berdampak bagi orang lain dan orang lain menikmatinya sebagai buah karya dari Kristus melalui kita. Jadi ketika kita melayani tetaplah Kristus yang menjadi puji-pujian bagi tiap-tiap orang karena kita yang melayani semata-mata alat-Nya saja supaya tak layak sedikit pun kita menyombongkannya atau terasa hebat diri. Inilah makna layanan yang sebenarnya.

Sudahkah kita sebagai tubuh Kristus mengerjakan layanan yang layaknya ini? Sudahkah kita melayani sesama kita dengan motivasi oleh karena Kristus yang terus setia melayani kita sampai kala ini juga? Dan sudahkah kita melayani orang lain dengan mengerjakannya layaknya untuk Tuhan? Kalau belum, tetap tersedia kesempatan bagi kita untuk mengubahkannya.

Peranan Koinonia dalam Gereja

Koinonia (bersekutu) tidaklah serupa berarti dengan berkumpul-kumpul saja untuk melaksanakan suatu tujuan tertentu. Koinonia miliki makna yang lebih di dalam perkumpulan. Koinonia berwujud dinamis dan menempatkan dasarnya senantiasa kepada Firman Allah.

Kenapa Gereja harus melaksanakan koinonia sebagai tugas-Nya? Kita mampu melihatnya langsung dengan Allah kita sendiri. Allah Tritunggal yang terdiri dari 3 Pribadi namun senantiasa satu Allah.

Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus pun satu adanya (berkoinonia) agar kita pun sebagai umat-Nya jugalah miliki tugas yang sama, ikuti teladan dari Allah kita, dan sebagian penjelasannya sebagai selanjutnya

  • Kisah para rasul 2:42 menuliskan: ”Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Ayat ini merupakan cara hidup jemaat mula-mula.
  • Gereja yang pertama sekali berdiri lewat khotbah petrus pada hari pentakosta (Kisah para rasul 2). 3000 jiwa yang bertambah pada hari itu membuktikan sukacita terbesar bagi kerajaan sorga sekalipun kita dapat lihat para rasul dituduh mabuk anggur pada sementara itu.
  • Jemaat semula atau tubuh Kristus semula jalankan persekutuan intim dengan sambal memuji Allah tiap-tiap hari dan perihal inilah yang menaikkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah para rasul 2:47).
  • Jika kita mengalamai cedera, tangan atau kaki kita berdarah, saya yakin tak tersedia berasal dari kita yang meresponinya dengan tertawa. Yang tersedia kita malah menangis atau mencegah sakit yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata.
  • Demikianlah dapat arti tubuh Kristus di dalam diri kita yang membuktikan dapat keterkaitan yang satu dengan yang lain sebagai anggota tubuh Kristus yang tidak dapat berdiri sendiri, di mana tiap-tiap membawa manfaat yang mutlak dalam perihal memuliakan Allah.
  • Hal inilah yang sebabkan kita terhitung tidak pernah sekali-kali mengabaikan dapat tugas kita sebagai gereja-Nya untuk bersekutu (berkoinonia) di dalam Kristus.

Marturia dalam Kehidupan Gereja

Marturia dalam kehidupan bergereja adalah bersaksi, yang biasanya kita anggap sebagai tugas pendeta atau diaken saja. Padahal ini adalah tugas sebagai orang yang telah ditebus. Apakah yang dimaksud dengan marturia (bersaksi)? Panggilan ini terlalu jelas sanggup kita melihat di Alkitab seperti di Matius 28:19-20 dan Markus 16:15.

Bersaksi yang dimaksud adalah membuktikan bakal kasih Kristus yang sudi mengosongkan diri-Nya, tidak berasumsi kesetaraannya sebagai hak yang harus dipertahankan, melainkan memilih setia dan taat sampai mati, lebih-lebih sampai mati di kayu salib, bangkit, dan naik ke surga dan dari surga Ia tawarkan kehidupkan kekal kepada kita yang cuma sanggup di terima lewat iman kepada Kristus. Bersaksi mengenai Kristus bertujuan kepada semua manusia, di dalam alkitab sebagai berikut.

  • Di Markus 16:15 sesungguhnya dikatakan semua makhluk, tetapi hati-hati bahwa makhluk yang dimaksudkan di sini bukanlah makhluk hidup seperti yang kita pelajari di pelajaran Biologi. Makhluk yang dimaksud sekedar manusia saja.
  • Ingat, cuma manusia saja! Lalu, hewan dan tumbuhan kemana? Kenapa tidak dibagikan Kasih Kristus pada mereka? Hewan dan tumbuhan dan yang lainnya bakal mati binasa kala kedatangan Yesus yang terakhir kalinya, yang ke dua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
  • Ada yang mengatakan dibakar dan tersedia pula yang mengatakan ditumpas habis-habisan. Belum tersedia kejelasan sama sekali tetapi yang tentu cuma manusia saja yang berbarengan bersama Allah di surga. Manusia yang bagaimana? Yaitu mereka yang percaya kepada Kristus.

Seseorang hanya bisa melaporkan suatu momen atau menjadi saksi dari suatu momen oleh dikarenakan ia melihatnya langsung. Begitu pula kita hanya bisa mengerjakan tugas ini kalau kita sesungguhnya sangat sudah mengalami kematian dan kebangkitan Kristus dan dipenuhi oleh kasih-Nya.

Ibaratnya sebuah gelas. Jika gelas tersebut diisi dengan air maka dikala waktunya sudah penuh, ia tak berhenti mengalir malah ia dapat mengalir ke luar untuk isikan wadah-wadah yang rendah yang ada di sekitarnya. Demikian termasuk kasih Kristus dapat konsisten kita bagikan lewat kesaksian kita secara perkataan atau perbuatan kalau kita terlebih dahulu sesungguhnya sangat sudah dipenuhi oleh kasih-Nya.

Kalau kita sendiri belum penuh maka tak dapat kemungkinan bisa isikan orang lain. Dan kerap sekali hambatan kita untuk mengerjakan tugas marturia ini adalah oleh dikarenakan karakter kita yang mengakibatkan kekhawatiran yang teramat sangat di di dalam bersaksi. Kita ulang ulang ke ilustrasi gelas tadi.

Apakah menurut kita air di didalam gelas berikut kecuali sudah penuh dia dapat berhenti mengalir oleh karena gagangnya yang patah atau rusak? Atau oleh karena adanya keretakan di bibir gelas? Sekali-kali tidak. Begitu termasuk dengan kita.

Masing-masing orang punya kelemahan tersendiri pastinya entah itu dari didalam diri seperti sifat atau dari luar diri. Tetapi kelemahan atau keterbatasan kita janganlah kiranya halangi kita mengerjakan tugas kita sebagai saksi-Nya.

Karena kecuali bukan kita yang sudah percaya ini, siapa ulang yang mengumumkan perihal Kristus? Karena kecuali bukan kita yang adalah jemaat-Nya atau tubuh-Nya, siapa ulang yang memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mendengar atau sudah mendengar tetapi belum percaya?

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis : “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Roma 10:14-15

Akhir Kata

Mungkin itu saja sekian pembahasan dari pengertian arti diakonia. Mudah-mudahan kita bisa memahami arti, pengertian, dan makna diakonia, koinonia, dan marturia dalam kehidupan gereja.

Baca:


Tinggalkan komentar