Cerita Anak Sekolah Minggu Tentang Kejujuran

Cerita Rohani untuk Anak Tentang Kejujuran

Bersamakristus.org – Cerita anak sekolah minggu tentang kejujuran. Berbohong adalah perbuatan dosa, siapa saja tidak boleh melakukannya. Maka ajaran mengenai kejujuran harus ditanamkan sejak kecil.

Di sekolah minggu, guru sangat berperan untuk memberikan informasi kepada anak didiknya bahwa kejujuran itu adalah hal yang harus menjadi kebiasaan. Sementara kebohongan adalah perbuatan tercela yang harus dihindari.

Salah satu cara menyampaikan ajaran tentang kejujuran adalah melalui cerita rohani. Dalam cerita rohani, kita bisa menyampaikan pesan inspiratif dan nasehat bahwa seorang anak harus bersikap jujur.

Pasalnya kita tahu sendiri anak-anak susah sekali diajak belajar, apalagi yang masih berusia 5 tahun ke bawah. Dengan cara yang kreatif, seperti melalui cerita rohani, sebuah pesan akan lebih mudah tersampaikan kepada anak.

Untuk itu di sini kami ingin memberikan sebuah contoh cerita rohani Kristen tentang kejujuran yang cocok untuk anak sekolah minggu. Langsung saja simak cerita inspiratifnya di bawah ini.

Seorang Putri Raja yang Jujur

Sudah lama Raja tidak mengadakan penyamaran untuk memandang situasi rakyatnya. Dia menghendaki sekali memandang segera situasi hidup rakyatnya, dikarenakan selama ini menterinya tetap melaporkan bahwa situasi rakyat dalam situasi aman, sehat, makmur tak tidak lumayan satu apa. Untuk menyatakan kata menterinya Baginda akan memandang langsung.

Memang selama ini kerajaan aman-aman saja. Rakyatnya tetap makmur, tak tersedia gejolak. Raja memerintah bersama arif bijaksana, maka tak heran apabila rakyat terlampau menghormatinya. Apalagi sementara ini Raja udah mempunyai seorang anak laki-laki. Putra mahkota sebagai penggantinya apabila dia wafat dan seorang putri.

Malam itu Baginda menghendaki jalankan niatnya dan untuk itu dia udah memakai busana sebagaimana rakyat biasa. Sebagai kawan di perjalanan Baginda mengajak hambanya, selama perjalanan Raja bercerita banyak bersama hambanya. Banyak sekali perihal yang menghendaki diketahui raja berasal dari hambanya perihal rakyatnya. Misalnya perihal penghidupan rakyatnya, apakah udah layak. Juga perihal makan, apakah rakyatnya tersedia yang menderita kelaparan atau tidak.

Ketika raja melalui lorong kecil yang agak gelap sayup-sayup di kejahuan terdengar sebuah percakapan berasal dari sebuah tempat tinggal kecil yang letaknya di ujung lorong. Pembicaraan itu rupanya menarik perhatian Baginda. Mereka mempercepat jalan sehingga segera sampai di depan tempat tinggal tersebut.

Rumah kecil berikut dihuni oleh dua orang anak beranak, seorang putri dan ibunya. Ayah udah lama meninggal, sehingga mereka berdua kudu sanggup memelihara hidupnya. Dahulu pekerjaan ayahnyai adalah seorang penjaja susu. Hasilnya lumayan, sanggup untuk menghidupi anak istrinya.

Langganan ayahnya lumayan banyak, berasal dari pegawai kerajaan sampai para pedagang. Sehingga tak heran apabila mereka hidup berkecukupan. Ayahnya meninggal dikarenakan sakit dan banyak biaya yang udah dikeluarkan sehingga tabungan yang selama ini disimpan digunakan untuk biaya pengobatan.

Keadaan keluarga ini kini menjadi terlampau miskin dibanding disaat ayahnya tetap hidup. Untuk menunjang kehidupannya mereka melanjutkan bisnis pada mulanya yakni sebagai penjaja susu.

Dengan mengendap-endap raja dan hmbanya mendekati tempat tinggal tersebur. Karena malam itu sunyi dan sepi, maka percakapan pada putri dan ibunya terdengar lumayan jelas.

putriku, akhir-akhir ini hidup kita kekurangan. Kadang sehari makan dua kali, dikarenakan langganan kita tak sebanyak disaat ayahmu tetap hidup. Yah, saya tak paham mengapa sanggup begini”

“Ah, bisa saja kita sedang diuji oleh Tuhan, desa ibunya. Bukankah tidak tetap manusia bahagia, kadang kesulitan kadang puas dan kita baru mendapat kesulitan itu”.

“Begini saja putriku, sehingga susu kita menjadi lebih banyak sehingga nanti banyak terjual, maka campurlah susu ini bersama air. Toh mereka tidak paham kecuali susu yang kita jual kita campur bersama air. Ah, betapa banyaknya duwit yang kita peroleh. Cepat ambil air dan tuangkan dalam susu ini!” begitu perintah ibu kepada anaknya bersama muka berseri.

Putrinya tersentak kaget, dan dia tidak mengira mengapa ibunya akan berbuat seperti itu. Sejak kecil ia udah dididik berbuat kejujuran oleh ayahnya, apalagi ibunya pun kerap menasihatinya sehingga tetap berbuat jujur. putrinya tak habis pikir, mengapa ibunya tiba-tiba lupa bersama apa yang selama ini diajarkan kepadanya yakni kejujuran. Tentunya bersama tegas sang putri menampik perintah ibunya.

“Tidak ibu. Aku tak rela berbuat curang. Memang tak tersedia orang yang memandang tingkah laku kita, bu. Tetapi Tuhan memandang kita. Ingatlah ibuku, bukankah ibu tetap mengajarkan kepadaku untuk berbuat kejujuran?”

Ibu sangati kaget mendengar percakapan putrinya, rupanya dia tersadar berasal dari apa yang akan diperbuatnya. Berkali-kali dia mohon ampun kepada Tuhan.

“Maafkan ibumu , saya udah khilaf hanya dikarenakan hidup kita miskin. Biarlah kita miskin asal kita sanggup merasakan bahagia. Marilah kita tidur putriku. Besok kita berjualan susu bersama-sama”. Begitulah pada pada akhirnya ibunya sadar.

Maka bersama beranjaknya mereka ke tempat tidur, raja dan hambanya meninggalkan tempat tinggal itu. raja udah mendengar seluruh percakapan anaki dan ibunya. Sebelum meninggalkan tempat tinggal kecil itu, hambanya diiperintah raja untuk menandai tempat tinggal tersebut.

Keesokan harinya, Baginda memanggil hambanya untuk menghadap. Pertemuan diadakan di balai kerajaan.

“Begini hambaku, apakah anda tetap ingat tempat tinggal yang tadi malam kita kunjungi. Aku menghendaki sekali berikan hadiah bagi gadis yang jujur tersebut. Kamu tahu, bahwa saya terlampau menghormati suatu kejujuran. Untuk itu panggilah mereka berdua untuk menghadapku, saya akan beri tambahan hadiah bagi mereka”.

“Titah raja akan saya laksanakan. Tapi kecuali boleh saya usul, berilah mereka berdua duwit yang banyak sehingga berkecukupan. Saya paham kecuali raja terlampau menghormati tinggi nilai kejujuran”, begitu usul hambanya.

“Uang yang banyak bukan ganjaran yang setimpal bersama suatu kejujuran. Kejujuran tidak sanggup dinilai bersama sejumlah uang. Mereka akan saya jadikan anggota keluargaku. Biarlah mereka kuangkat menjadi saudara bagi putriku”.

Begitulah buah kejujuran. putri bersama ibunya udah memetik hasilnya. Kini mereka berdua hidup puas menjadi anggota berasal dari keluarga kerajaan.

Akhir Kata

Sekian pembahasan mengenai cerita rohani anak sekolah minggu tentang kejujuran, mudah-mudahan dapat menjadi materi ajar guru sekolah minggu untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya bersikap jujur.

Baca:


Tinggalkan komentar