Renungan Kristen Tentang Kejujuran

Renungan Kristen Katolik Tentang Kejujuran

Bersamakristus.org – Renungan harian rohani Kristen tentang kejujuran. Sikap jujur merupakan hal yang harus dimiliki semua orang. Tak pedulli dalam kondisi apapun, meski terdesak sekalipun, sebagai orang Kristen kita tidak boleh sekali-kali berbohong. Entah itu kepada sesama manusia, diri sendiri, bahkan kepada Tuhan Yesus dan Bapa di Sorga.

Kejujuran juga akan membawa kita menuju kedamaian, kesuksesan usaha, serta kelancaran segala kegiatan yang kita kerjakan sehari-hari. Namun saat kita merenunginya, mungkin kita sadar bahwa diri kita bukanlah orang yang benar-benar memiliki sikap yang mulia ini.

Jujur seakan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Saat kita ingin berbicara jujur dalam keadaan sulit, rasanya seperti ada yang hambatan yang begitu besar dari dalam diri kita. Hambatan itu yang membuat kita pada akhirnya tak mau berbicara jujur, justru lebih memilih berbohong.

Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Tentunya karena iman dalam hati kita tidak cukup kuat untuk meyakini bahwa semua akan baik-baik saja dengan pertolongan Tuhan Yesus. Bisikan iblis yang begitu dalam masuk ke hati kita juga seolah membuat hati kita menjadi tak berdaya untuk melawan keinginan berbohong.

Maka dari itu, pada kesempatan yang baik ini kami ingin membagikan sejumlah kumpulan renungan harian rohani Kristen tentang kejujuran yang diambil dari berbagai sumber. Mulai dari ayat emas Alkitab dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya silahkan simak renungan-renungan rohani Kristen tentang kejujuran di bawah ini.

Renungan Pemuda Kristen Tentang Kejujuran

Langsung saja tanpa basa basi kembali, silahkan simak beberapa renungan harian rohani Kristen yang singkat untuk pemuda dan remaja tentang kejujuran, sikap jujur, dan menghindari kebohongan secara singkat dalam kehidupan sehari hari.

1. Jujur dan Terbuka di Hadapan Tuhan

“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Lukas 18:13.

Keadaan hati merupakan faktor penting yangbisa mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Sebab yang dinilai Tuhan adalah hati kita, bukan paras rupa, perawakan, kekuatan, jabatan, atau harta kekayaan yang dimiliki.

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7b); “…TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.” (1 Tawarikh 28:9). Jelas sekali: “…Tuhanlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2).

Agar bisa menggambaarkan keadaan hati manusia Kristus memberikan sebuah perumpanaan mengenai dua orang yang berada di Bait Tuhan untuk berdoa, yakni seorang Farisi dan seorang pemungut cukai. Orang Farisi ini adalah tokoh agama yang tahu kebenaran, mengajar Taurat Tuhan, namun hatinya penuh kesombongan. Ia merasa bersih dari dosa tanpa adanya kesalahan.

“…aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” (Lukas 18:11-12)..

Karena merasa dirinya tanpa cela, orang Farisi ini tak merasa lagi membutuhkan belas kasihan dan anugerah keselamatan dari Tuhan. Sikap bertolak belakang justru ditunjukkan oleh si pemungut cukai.

“…berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Lukas 18:3).

Pengakuan yang jujur dan disertai dengan kerendahan hati yang ditunjukkan si pemungut cukai telah mengetuk pintu rahmat Tuhan. Pemazmur menyebut korban sembelihan kepada Tuhan adalah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tak akan dipandang hina oleh-Nya.

“Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14).

Tuhan sangat membenci orang yang sombong, namun ia mengasihi orang yang rendah hati.

2. Menjadi Orang Jujur

“siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” Mazmur 50:23b.

Kebanyakan orang cenderung berani berbohong atau berkata tidak jujur karena takut kepada manusia, sekedar menyenangkan hati orang lain, daripada takut kepada Tuhan. Mereka berpikir akan lebih mudah berbohong kepada Tuhan yang tak terlihat dibanding di hadapan manusia yang kasat mata.

Jika sampai ketahuan berdusta di hadapan manusia, risikonya adalah malu, dimarahi, dijauhkan, dikucilkan, dan lain sebagainya. Namun cepat atau lambat setiap ketidakjujuran atau kebohongan pasti akan terungkap. Manusia mungkin bisa saja tak tahu kalau dirinya dikelabui, namun Tuhan yang duduk di Sorga adalah maha tahu.

“…TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.” (1 Tawarikh 28:9).

Apa saja yang kita pikirka, rencanakan, dan cita-citakan, Tuhan telah mengetahuinya secara persis.

“Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (Ibrani 4:13). Berhentilah berkata dusta, jadilah orang yang jujur, sebab “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” (Amsal 12:22).

Di masa saat ini, dunia penuh dosa dan kejahatan yang begitu merajalela sehingga semakin sulit hidup dalam kejujuran. Lalu, haruskah orang percaya mengikuti aturan dunia untuk hidup dalam ketidakjujuran?

“…siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17).

Sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, kita harus bisa meninggalan tabiat lama. Karakter lama harus kita buang dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus. Hidup menurut kehendak Tuhan berarti kita harus menjadi orang yang jujur. Apakah hidup jujur itu rugi? Tentu tidak!

“…orang-orang benar akan memuji nama-Mu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu.” (Mazmur 140:14).

Maka berhentilah dari kebiasaan dusta meski tidak mudah, pertolongan Roh Kudus kita pasti bisa membuat kita terlepas dari dusta asal ada kemauan dan tekad yang kuat.

“Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur;” Amsal 16:17.

Akhir Kata

Sekian pembahasan mengenai renungan rohani kristen tentang kejujuran. Mudah-mudahan dengan adanya renungan harian rohani Kristen singkat ini kita bisa menjadi orang yang lebih mementingkan sikap jujur dibanding dusta atau kebohongan.

Baca:


Tinggalkan komentar