Bersamakristus.org – Halo sobat BersamaKristus, dalam kehidupan gereja Katolik Anda pasti sering mendengar istilah sakramen imamat atau tahbisan atau penahbisan.
Secara singkat, sakramen ini merupakan panggilan sebagai imam dalam gereja Katolik. Lalu apa fungsi, tujuan, dan bagaimana tata cara melaksanakannya?
Pada kesempatan ini, kami akan menjelaskan semua mengenai sakramen imamat kepada Anda. Silahkan baca artikel yang sudah kami tulis ini sampai tuntas.
Pengertian dan Tujuan Sakramen Imamat
Sakramen imamat adalah salah satu dari 7 sakramen yang ada di gereja Katolik. Di antara tujuh sakramen suci dalam Gereja Katolik, Sakramen Imamat memiliki peran istimewa.
Sakramen ini bagaikan saluran rahmat Allah yang menguduskan dan memberkati mereka yang terpanggil untuk melayani sebagai uskup, imam, atau diakon.
Melalui Sakramen Imamat, individu menerima karunia istimewa untuk menjalankan tiga tugas mulia: memimpin (rajawi), menguduskan (imamat), dan mewartakan (kenabian). Ketiga tugas ini melambangkan peran Yesus Kristus sebagai Kepala, Imam Agung, dan Nabi Agung.
Upacara Sakramen Imamat menjadi momen sakral dan penuh makna. Diiringi doa dan pujian, calon penerima sakramen dihiasi dengan pakaian khusus, diurapi dengan minyak suci, dan mempersembahkan diri mereka kepada Allah.
Momen istimewa dalam agama Katolik ini menandai dimulainya perjalanan mereka sebagai pelayan Allah, membawa terang Kristus kepada dunia.
Sakramen Imamat bukan sekadar status atau gelar, melainkan panggilan suci untuk mendedikasikan diri demi keselamatan jiwa umat manusia.
Para penerima sakramen imamat ini diutus untuk menjadi gembala yang baik, pembawa kabar gembira, dan pembagi rahmat Allah kepada semua orang.
Baca: Sakramen Tobat
Makna Sakramen Imamat
Sakramen Imamat, sebuah anugerah suci yang menandai peran istimewa bagi para pelayan Tuhan. Di balik kesakralannya, tersimpan makna mendalam yang menuntun para imam dalam menjalankan tugas mulia mereka. Mari kita selami lebih dalam makna-makna tersebut:
1. Mediator
Sakramen Imamat bagaikan gerbang partisipasi khusus dalam tugas dan jabatan Yesus Kristus. Beliau, Sang Imam Agung dan Mediator tunggal antara Allah dan manusia, melimpahkan sebagian kuasanya kepada para imam melalui pentahbisan.
Para imam ditahbiskan untuk bertindak dalam persona Christi, menghadirkan Kristus dalam perayaan Ekaristi, dan menjadi perantara keselamatan bagi umat. Mereka mengambil bagian dalam tritugas Kristus sebagai Imam, Nabi, dan Raja, memimpin, mengajar, dan menggembalakan umat dengan penuh kasih.
2. Materai Kekal
Sakramen ini menorehkan materai kekal pada jiwa penerima, sebuah tanda rohani yang tak terhapuskan dan tak terulang. Panggilan Yesus yang diterima menjadi bagian abadi dalam diri mereka, meneguhkan komitmen dan tanggung jawab suci yang diemban.
Menerima Sakramen Imamat bukan sekadar profesi, melainkan panggilan suci yang diukir dalam jiwa. Para imam didorong untuk senantiasa merespons panggilan ini dengan penuh ketaatan dan penyerahan diri, mengabdikan diri demi keselamatan jiwa umat.
3. Rahmat Roh Kudus
Lebih dari sekadar pentahbisan, Sakramen Imamat menyalurkan rahmat Roh Kudus yang melimpah kepada penerimanya. Daya Ilahi ini menjadi bekal untuk melaksanakan tugas mulia mereka dengan penuh kekuatan dan kebijaksanaan.
Roh Kudus membimbing para imam dalam mewartakan Injil, merayakan sakramen, dan menggembalakan umat. Beliau menjadi sumber kekuatan dan penghiburan, meneguhkan iman dan semangat para imam dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.
4. Komunitas
Menjadi imam bukan berarti berdiri sendiri. Sakramen Imamat menggabungkan mereka ke dalam komunitas persaudaraan yang erat, saling menguatkan dan mendukung dalam pelayanan.
Para imam saling terikat dalam persatuan dengan Uskup, sumber otoritas dan pembimbing spiritual mereka. Bekerja sama dan saling bahu membahu, mereka menjalankan tugas suci ini dengan penuh sinergi dan kasih persaudaraan.
Baca: Sejarah Penulisan Alkitab
Tata Cara Pelaksanaan Sakramen Imamat
Sakramen Imamat, atau Tahbisan Suci, merupakan salah satu dari tujuh sakramen dalam Gereja Katolik.
Melalui sakramen ini, seseorang ditahbiskan menjadi diakon, imam, atau uskup, dan menerima karunia Roh Kudus untuk melaksanakan tugas pelayanan khusus dalam Gereja.
Tata cara pelaksanaan Sakramen Imamat terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Tahbisan Diakon
Tahbisan Diakon menjadi gerbang awal bagi seseorang untuk memasuki jenjang imamat. Diakon ditahbiskan oleh Uskup untuk membantu tugas imamat dalam hal pewartaan Injil, pelayanan liturgi, dan karya amal kasih. Tata caranya yaitu:
- Pembukaan: Upacara dimulai dengan doa pembuka, pembacaan Kitab Suci, dan homili oleh Uskup.
- Pemilihan Calon Diakon: Uskup menanyakan kesediaan calon diakon untuk menerima tahbisan.
- Penumpangan Tangan: Uskup menumpangkan tangannya di atas kepala calon diakon dan mengucapkan doa tahbisan.
- Pemberian Stola: Uskup memakaikan stola, jubah liturgi berwarna ungu, kepada diakon baru.
- Pemberian Buku Injil: Uskup menyerahkan Buku Injil kepada diakon baru sebagai lambang tugasnya untuk mewartakan firman Allah.
2. Tahbisan Imam
Tahbisan Imam merupakan tingkatan kedua dalam Sakramen Imamat. Imam ditahbiskan oleh Uskup untuk memimpin perayaan Ekaristi, memberikan sakramen-sakramen, dan membimbing umat dalam iman. Tahapannya ialah:
- Pembukaan: Sama seperti Tahbisan Diakon.
- Pemilihan Calon Imam: Uskup menanyakan kesediaan calon imam untuk menerima tahbisan.
- Doa Litani Suci: Uskup dan seluruh umat berdoa Litani Suci untuk memohon rahmat Allah bagi calon imam.
- Penumpangan Tangan: Uskup dan para imam konselebran menumpangkan tangan mereka di atas kepala calon imam dan mengucapkan doa tahbisan.
- Pemberian Urap Minyak Krisma: Uskup mengurapi kepala calon imam dengan minyak krisma sebagai lambang penyucian dan penugasannya sebagai imam.
- Pemberian Roti dan Anggur: Uskup memberikan roti dan anggur kepada imam baru sebagai lambang tugasnya untuk mempersembahkan Ekaristi.
- Penutup: Upacara diakhiri dengan doa penutup dan berkat.
3. Tahbisan Uskup
Tahbisan Uskup merupakan tingkatan tertinggi dalam Sakramen Imamat. Uskup ditahbiskan oleh para uskup lain (atau Paus) untuk memimpin keuskupan, menjadi gembala umat, dan menjaga kesatuan iman Gereja. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
- Pembukaan: Sama seperti Tahbisan Diakon dan Imam.
- Pemilihan Calon Uskup: Uskup Agung atau Paus menanyakan kesediaan calon uskup untuk menerima tahbisan.
- Penumpangan Tangan: Para uskup konselebran menumpangkan tangan mereka di atas kepala calon uskup dan mengucapkan doa tahbisan.
- Pemberian Mitre: Uskup Agung atau Paus memakaikan mitre, hiasan kepala uskup, kepada uskup baru.
- Pemberian Cincin Episkopal: Uskup Agung atau Paus memberikan cincin episkopal kepada uskup baru sebagai lambang kesetiaannya kepada Gereja.
- Pemberian Tongkat Gembala: Uskup Agung atau Paus memberikan tongkat gembala kepada uskup baru sebagai lambang tugasnya untuk menggembalakan umat Allah.
- Penutup: Sama seperti Tahbisan Diakon dan Imam.
Baca: Tata Liturgi Tahbisan Imamat
Kesimpulan
Itu saja penjelasan lengkap mengenai pengertian sakramen imamat. Mudah-mudahan kita semua bisa memahaminya dan lebih mengenal dengan baik mengenai kehidupan di gereja Katolik.