Tata Liturgi Tahbisan Imamat

Urutan dan Penjelasan Tata Liturgi Tahbisan Imamat

Bersamakristus.org – Tata liturgi tahbisan imamat. Setiap minggu kita beribadah. Kita melaksanakan ibadah, baik Kristen maupun Katolik dengan baik dan penuh sukacita. Segala kenyamanan ini tentu saja didapat tak terlepas dari para pelayan gereja yang telah bekerja semaksimal mungkin.

Mereka merupakan pelayan pilihan yang dipilih oleh Allah. Mereka juga etlah mempersiapkan diri bahkan berkomitmen di hadapan Allah. Komitmen para pelayan ini diambil melalui pelaksanaan liturgi tahbisan.

Katolik mengenal ada 3 liturgi tahbisan yang dilakukan secara bertahap sesuai pelayanan gereja. Liturgi tahbisan yang pertama ialah diakonat, kemudian liturgi tahbisan imamat atau presbiterat, dan terakhir adalah liturgi tahbisan uskup atau episkopat.

Tak semua tahbisan menerima ketiga tahapan ini dan tahbisan yang paling umum dilakukan adalah tahbisan diakonat dan tahbisan imamat. Tahbisan imamat adalah liturgi ketika seorang pria resmi menjadi imam Kristus.

Di sinilah titik pria tersebut menerima jabatan baru dan berkomitmen terus melayani Tuhan. Lumen Gentium 28 mengatakan bahwa setelah menjadi imam, ia akan bertugas menyebarkan Injil, menjadi gembala bagi jemaat, dan merayakan ibadat ilahi. Nah di kesempatan ini kami akan menjelaskan tata liturgi tahbisan imamat.

Tata Liturgi Tahbisan Imamat Sesuai Urutan

Pria yang mendapat liturgi tahbisan imamat akakn membantu melaksanakan tri tugas gereja. TAta liturgi ketiga tahbisan, termasuk tahbsian imamat tertulis dalam buku ‘De Ordinatione Episcopi, Presbyterium, et Diaconorum”.

Tata liturgi tahbisan imamat yang tertulis dalam buku ini sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik. Secara garis besar, berikut adalah penjelasan tata liturgi tahbisan imamat sesuai urutannya yang benar.

1. Dilaksanakan dalam Misa

Tata liturgi tahbisan imamat selalu diawali di dalam misa. Tahbisan ini dilakukan di antara pelaksanaan liturgi sabda dan liturgi ekaristi. Tahbisan imamat dilakukan oleh Uskup yang bertugas menerima sakramen ekaristi.

2. Menerima Pengurapan Tangan

Calon imam baru akan menerima pengurapan tangan dengan minyak. Minyak ini berupa krisma suci (pada ritus baru) dan minyak katekumen (pada ritus lama). Tangan dipilih untuk diurapi karena tangan para calon imam yang butuh untuk dikuduskan. Melalui tangannya, Kristus akan hadir dan diberikan kepada jemaat.

Pengurapan tangan dimulai dengan memakai stola imam dan kasula pada calon imam. Keduanya adalah busana bagi imam untuk misa. Calon imam akan berlutut dan menadahkan kedua tangannya di pangkuan Uskup yang akan menghabiskan. Uskup ini duduk di katedra di depan altar dan mengambil minyak dengan ibu kemudian mengurapi kedua tangan imam tersebut.

Ketika mengurapi, Uskup akan berkata seperti berikut.

Semoga Tuhan Yesus Kristus, yang telah diurapi Bapa dengan Roh Kudus dan kekuatan, menjaga engkau dan menguduskan umat Kristiani dan mempersembahkan kurban kepada Allah.

diambil dari De Ordinatione 133

Pengurapan ini biasanya dilakukan mulai dari ujung ibu jari kanan, telunjuk kiri, ibu jari kiri, dan terakhir telunjuk tangan. Pola ini membentuk tanda salib di tangan.

Ibu jari dan telunjuk diurapi secara khususkarena keduanya akan memegang tubuh Kristus ketika misa. Setelah itu, seluruh telapak tangan akan diurapi. Setelahnya, baik Uskup dan imam baru bisa mencuci tangan mereka.

3. Menerima Tumpangan Tangan dan Doa Tahbisan

Uskup kemudian akan memberikan penumpangan tangan pada kepala orang yang menerima tahbisan imamat. Ketika penumpangan tangan, Uskup akan mengucapkan doa tahbisan. doa ini merupakan doa permohonan agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus bagi orang yang titahbiskan.

Selain itu, Uskup juga akan memohon agar Tuhan memberkati orang tersebut dengan segala anugerah khusususnya untuk pelayanan imamat.

4. Ditutup dengan Baku Salam

Tata liturgi tahbisan imamat biasanya akan ditutup dengan melakukan baku salam yang disesuaikan dengan gereja masing-masing. Awalnya, baku salam ini dilakukan dengan baku cium antara Uskup yang telah menahbiskan dengan orang yang telah ditahbiskan.

Sejumlah gereja melakukan baku salam dengan salam damai. Caranya ialah imam mengawali dengan doa damai dan menyertakan kata-kata “damai Tuhan bersamamu”. Kemudian, jemaat diundang untuk saling bersalaman dengan memberikan salam damai.

5. Menerima Salam Penerimaan

Selain menerima salam damai, imam yang baru ditasbihkan juga akan menerima salam dari Uskup yang menahbiskan dan juga para imam lainnya. Salam ini dilakukan sebagai bentuk dukungan bahwa imam baru ini telah diterima menjadi Dewan Para Imam. Hal yang perlu diingat ialah salam ini merupakan salam penerimaan, bukan ucapan selamat.

6. Pemberian Selamat Tidak Dilakukan Saat Misa

Saat seseorang menerima status baru, kita cenderung ingin memberikannya ucapan selamat. Namun supaya makna tahbisan tak terganggu, pemberian selamat tak dapat diberikan di dalam rangkaian misa. Kita bisa memberikannya setelah misa selesai dilaksanakan.

Akhir Kata

Sekian penjelasan mengenai tata liturgi tahbisan imamat sesuai urutan. Semoga informasi penting mengenai sakramen gereja ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan yang mendewasakan rohani. Amin.

Baca:


Tinggalkan komentar