Sikap-sikap Liturgi dalam Katolik
Bersamakristus.org – Sikap sikap liturgi. Sebenarnya tidak ada aturan khusus mengenai liturgi ketika beribadah di gereja dalam agama Protestan. Namun berbeda dengan Katolik.
Selain dikenal dengan banyak penggunaan simbol liturgi, Katolik juga memmiliki atuarn sikap ketika beribadah di gereja. Aturan ini berkaitan dengan tradisi yang masih sangat kental dijaga.
Sama seperti simbol dalam agama Katolik yang memiliki berbagai makna khusus, sikap liturgi juga memiliki makna tertentu di dalamnya. Dan ini sangat penting diketahui oleh umat Katolik karena menjadi bagian dari kehidupan gereja.
Nah maka dari itu pada kesempatan ini kami ingin menjelaskan kepada Anda mengenai sikap-sikap liturgi dalam gereja bagi umat Katolik. Anda bisa melihat seluruh ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah berikut ini.
Sikap Sikap Liturgi dalam Agama Katolik
Tanpa banyak basa basi lagi, langsung saja silahkan simak ulasan lengkap di bawah ini mengenai sikap-sikap liturgi yang dipercayai dalam agama Kristen Katolik. Simak di bawah ini.
1. Berlutut
Dalam gereja Katolik, berlutut adalah sikap untuk menghormati Kristus. Berlutut juga menandakan bahwa kita tengah merendahkan diri di hadapan Allah karena kita sadar bahwa kita amat kecil di hadapan-Nya. Kegiatan ini dilakukan setelah memasuki gereja.
2. Memerciki
Memerciki diri dengan air dilakukan sebagai tanda penyucian serta peringatan akan pembaptisan. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat sakramen ekarisstis pembaruan janji baptis pada malam Paskah dan Minggu Palma, serta ketika pemberkatan benad-benda devosi.
3. Membungkuk
Membungkuk dilakukan ketika tengah beribadah, sebenarnya juga sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama. Tujuannya ialah untuk mengiring doa dan sebagai ungkapan penyembahan kepada Tuhan. Dalam gereja Katolik, membungkuk dilakukan oleh Imam Agung ketika akan memimpin doa Kristen sebelum memulai ibadah.
4. Berdiri
Dalam kegiatan Misa Katolik, umat akan berdiri pada saat imam memasuki ruang ibadah. Tujuannya adalah sebagai tanda penghormatan kepada imam yang mewakili Kristus dan untuk mengiring imam serta misdinar ketika berjalan menuju altar.
5. Duduk
Umat Katolik juga akan duduk ketika mendengarkan khotbah. Posisi ini dinilai bisa memberikan kenyamanan dan keleluasaan kepada umat supaya bisa mendengarkan khotbah dengan tenang. Dengan demikian, umat juga bisa mendengarkan secara perhatian dan berkonsentrasi pada firman Tuhan.
6. Mengatupkan Tangan
Mengatupkan tangan biasanya dilakukan oleh umat Kristen ketika sedang berdoa. Dengan mengatupkan tangan, diharapkan kita bisa memusatkan pikiran kepada Kristus dan melupakan kesibukan duniawi.
7. Mengecup
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menghormati benda-benda suci. Mengecup bisa dilakukan dalam beberapa cara, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Mengecup sebagai tanda penghormatan terhadap barang-barang suci, misalkan alba, amik, stola, kasula, dan lain sebagainya.
- Mengecup dilakukan oleh imam pada altar saat sebelum dan sesudah perayaan ekaristi. Tujuannya adalah sebagai tanda penghormatan kepada meja perjamuan Tuhan dan menghormati Allah yang hadir di tengah ibadah.
- Saat peringatan Jumat agung, semua umat yang hadir dalam ibadah Jumat Agung diberi kesempatan untuk mengecup salin, atau lebih tepatnya yaitu luka pada kaki Yesus. Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Yesus karena pengorbanan-Nya yang rela mati di kayu salib.
8. Berdoa
Berdoa dilakukan dengan merentangkan tangan dan dipimpin imam. Sikap ini menandakan bahwa seseorang sedang menyerahkan diri kepada Bapa. Selain itu sikap ini juga mengingatkan kita akan peristiwa Yesus yang rela merentangan tangan-Nya di kayu salib.
9. Membuat Tanda Salib
Umat Katolik mengakhiri doa persembahan Kristen dengan tanda salib. Tanda ini kerap digunakan untuk menandai atau mengurapi saat acara sakramen. Misalnya dalam sakramen baptis dan sakramen pengurapan orang sakit.
Membuat tanda salib juga menjadi simbol untuk mengingatkan kembali betapa kejamnya akibat dosa. Sehingga, kita selalu dianjurkan untuk membaca doa pengakuan dosa Kristen.
10. Menumpangkan Tangan
Tradisi berikutnya adalah menumpangkan tangan. Ini sudah terjadi ketika Musa memberikan tumpangan tangan kepada Yosua untuk memberikan hikmat dan kuasa sebagai pemimpin baru. Makna penumpangan tangan aadlah untuk memberikan amanat kepada umat untuk menjadi garam dan terang dunia.
Dalam Perjanjian Baru, penumpangan tangan dilakukan pada kegiatan pembaptisan. Penumpangan tangan dilaksanakan sebagai lambang penerimaan Roh Kudus. Di zaman sekarang, penumpangan tangan dilakukan pada acara-acara khusus seperti berikut ini:
- Dalam upacara baptisan
- Berdoa bagi kesembuhan
- Membagikan Roh Kudus
- Membagikan karunia rohani
- Menyalurkan kuasa Allah (urapan)
- Pemberkatan
- Pentahbisan bagi pelayan dan hamba Tuhan
- Pengutusan sebagai misi
11. Jabat Tangan
Berjabat tangan dilakukan sebelum komuni oleh umat. Ini dilakukan dengan tujuan untuk merekatkan hubungan di dalam tubuh Kristus serta mendorong umat untuk senantiasa hidup rukun.
Akhir Kata
Sekian saja pembahasan lengkap dari kami mengenai sikap sikap liturgi katolik. Mudah-mudahan bisa memberi tambahan wawasan mengenai sikap-sikap liturgi dalam agama Katolik ketika ibadah di dalam gereja.
Baca: