Sejarah Alkitab Indonesia

Asal Mula Alkitab di NKRI

Bersamakristus.org – Sejarah Alkitab Indonesia. Pada awalnya, Alkitab terbentuk oleh kelompok Yahudi, yang kemudian mengumpulkan firman-firman Tuhan dalam bahasa Ibrani.

Alkitab dalam bahasa Ibrani tersebut susah dipahami oleh banyak masyarakat dunia, karena memang tidak familiar dengan bahasa tersebut. Tentu saja ini mempersulit kegiatan penginjilan.

Maka dari itu Alkitab kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang mudah dimengerti. Sampai akhirnya Alkitab juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Bagi yang ingin tahu bagaimana sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia, Anda bisa menyimak tulisan berikut. Ada banyak sekali informasi penting yang mungkin tidak Anda ketahui.

Sejarah Penerjemahan Alkitab di Indonesia

Sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia berkaitan dengan salah satu orang Portugis, Jodo Ferreira D’Almeida. Dia meninggalkan tempat kelahirannya ketika masih berusia 14 tahun menuju Indonesia.

Selama 14 tahun hidup, Jodo percaya Tuhan Yesus benr ada, karena inilah dia berniat menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru. Berikut alur sejarah Alkitab Indonesia yang dilewati Jodo.

  • Tahun 1651, Jodo pindah ke Jakarta dan berusaha untuk menyebarkan firman Tuhan kepada ABK yang sedang berlayar menggunakan bahasa Portugis
  • Tahun 1654, Jodo D’Almeida berusia 26 tahun dan terus menjadi penerjemah sekaligus penyebar berita Firman Tuhan.
  • Tahun 1656 – 1663, Jodo menjadi pendeta di Sri Langka dan India.
  • Tahun 1681, hasil terjemahan Alkitab oleh Jodo diterbitkan oleh Belanda. Proses percetakannya mengalami beberapa hambatan soal koreksi tentang isinya
  • Tahun 1691, Jodo terus berusaha menerjemahkan Alkitab. Namun kali ini merupakan Kitab Perjanjian Lama. Sebelum selesai, Jodo dipanggil Tuhan. Hasil terjemahannya pun terhenti pada Kitab Yehezkiel 48:21
  • Setelah 1691, masih banyak firman Tuhan yang harus dikoreksi ulang. Namun, Alkitab hasil terjemahan Jodo masih dipakai di Brasil dan Portugis

Selain Jodo, ada beberapa tokoh Alkitab yang juga turut menyebarkan isi firman Tuhan, di antaranya sebagai berikut.

1. Ruys, Hasel, Heurnius

Alkitab sudah ada sejak zaman dulu, isinya tidak pernah berubah namun hanya saja bahasanya susah dimengerti. Bahkan Alkitab yang isinya dituliskan dalam bahasa tertentu belum sanggup diterjemahkan orang yang menggunakan bahasa itu.

Pada tahun 1651, ada tiga orang yang bekerja menerjemahkan Alkitab bahasa Melayu pertama, di antaranya sebagai berikut.

  • Injil Matius dan Markus sukses diterjemahkan oleh Albert Cornelisc Ruyl, seorang awam yang menerjemahkan Alkitab Inglot (Alkitab dua bahasa) ke Bahasa Melayu dan Belanda.
  • Injil Lukas dan Yohanes diterjemahkan oleh Jan van Hasel, pegawai yang bekerja di VOC
  • Injil Kisah Para Rasul, diterjemahkan oleh Justus Heurnius, seorang pendeta yang bertempat tinggal di Jakarta.

Setelah mengalami beberapa proses pemeriksaan, Injil tersebut diterbitkan pada 1651. Bahasa yang dipakai adalah Belanda dan Melayu. Injil ini kemudian mendapat julukan Empat Injil dan Kisah Para Rasul.

2. Brouwerious

Brouwerious adalah pendeta Belanda yang berlabuh di Indonesia. Buku terjemahan pertamanya diterbitkan yaitu buku Kerajaan pada 1662. Setelah itu dia berisaha menerjemahkan Kitab Kejadian sekaligus Kitab Perjanjian Baru.

Usahanya selesai pada 1668, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Tapi kita terjemahan Brouwerious masih sulit dipahami karena beberapa kata di dalamnya ditulis menggunakan bahasa Portugis.

Kitab terjemahan Brouwerious juga banyak mengandung kata benda yang menyatakan kepunyaan seseorang. Tapi dia adalah orang pertama yang berhasil menerjemahkan seluruh Kitab Perjanjian Baru ke bahasa Melayu.

3. Melchior Leijdecker

Sejarah Alkitab di Indonesia berlanjut pada Melchior Leijdecker, keturunan Belanda yang mneyeleasikan pendidikan kedokteran dan teologi pada 1678. Dia kemudian resmi menjadi pendeta bahasa Melayu di Batavia.

Tahun 1691, Melchior Leijdecker minta majelis gereja dan dukungan VOC untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa Melayu. Tapi sayang terjemahannya selesai hanya 90% saja karena dirinya meninggal pada 1701.

Setelah itu isi terjemahan Alkitab diteruskan oleh Pieter van der Vorm, isinya mulai dari Kitab Efesus 6:7 hingga selesai. Setelah selesai, Alkitab hasil terjemahan etrsebut tidak langsung diterbitkan, melainkan baru pada 1733 diterbitkannya.

Namun usai diperiksa, kitab hasil terjemahan Leijdecker banyak mengalami revisi, hal tersebut karena penggunaan bahasayang terlalu tinggi dan sulit dimengerti awam. Maka dari itu isi Alkitab diperbaiki menjadi bahasa yang mudah dimengerti oleh Pendeta Robert Hutchings dan McGinnis.

4. Hillebrandus Cornelius Klinkert

Penerjemahan Alkitab bahasa Indonesia masih berlanjut oleh seorang keturunan Belanda, Hillebrandus Cornelius Klinkert. Dia adalah karyawan pabrik, tukang ukur tanah, dan masinis kapal.

Saat dia mengalami kecelakaan ketika menjadi masinis kapal, dia harus kembali ke Belanda. Ketika menjalani penyembuhan, dia terpanggil untuk menjadi utusan Injil dan akhirnya memutuskan datang lagi ke Indonesia pada 1856.

Pada masa itu dia pun menjadi Misionaris Gereja Menonit, ditugaskan di Jepara, Jawa Tengah. Selama menjadi misionaris, Hillebrandus Cornelius Klinkert menemukan tambatan hatinya dengan orang Indonesia.

Dia mulai menerjemahkan Alkitab, namun isi yang diterjemahkannya menggunakan bahasa tingkat tinggi dan istrinya pun kesulitan memahami. Hillebrandus Cornelius Klinkert pun melakukan beberapa revisi supaya lebih mudah dimengerti.

Pada akhirnya, Alkitab 4 Injil berhasil diterjemahkan dan dicetak di tahun 1861. Sedangkan isi Perjanjian Baru dicetak pada 1863 di Semarang. Setelah itu pada 1879, Hillebrandus Cornelius Klinkert menerjemahkan seluruh isi Alkitab dan dicetak berkat dukungan Lembaga Alkitab Belanda (NBG).

5. William Girdlestone Shellabear

William Girdlestone Shellabear merupakan seseorang dari keluarga terpandang di Inggris. Setelah selesai pendidikan militer, dia menjadi perwira di Inggris dan mendapat tugas pada 1885. Ketika itu dia mulai berhubungan dengan para misionaris di Hosport.

William Girdlestone Shellabear juga berhasil menemukan belahan jiwanya yang membawanya hidup mengarah pada Kristus. Di tahun 1886, dia ditugaskan ke Singapura menjadi komandan dan pasukan di pelabuhan.

Pada saat itu dia masih menggunakan penerjemah untuk mengartikan apa yang dikatakan olehnya. Karena kurang puas, dia pun mulai belajar bahasa Melayu dari penduduk setempat. Usahanya ini yang kemudian membuatnya bisa menerjemahkan isi Alkitab ke bahasa Melayu.

hellabear mulai menerjemahkan 10 Perintah Allah atau hukum taurat, beberapa lagu rohani Kristen, dan Khotbah Yesus tentang Kebahagiaan yang Sejati. Setelah itu pada tahun 1904, dirinya sukses menerjemahkan seluruh isi Alkitab. Isinya berhasil diterbitkan pada tahun 1910.

6. Melayu Baba

Pemakai bahasa Melayu di Semenanjung Malaka kebanyakan adalah keturunan China, mereka sudah banyak menikah dengan penduduk setempat. Pernikahan etnik ini dinamakan “Baba dan Nyonya”. Ketika itu, Nona McMahone menerjemahkan Injil Matius ke bahasa Melayu Baba.

Di saat bersamaan, William Girdlestone Shellabear juga mengabulkan keinginan Nona McMahone untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa Melayu Baba. Sampai akhirnya pada 1907 Shellabear dan kawan-kawan berhasil menerjemahkan isi Alkitab ke bahasa Melayu Baba.

7. Werner August Bode

Di tahun 1929, Lembaga Alkitab Belanda menyepakati perjanjian untuk memperbaiki Alkitab hasil terjemahan Leijdecker, Klinkert, dan Shellabear. Tujuannya supaya terjadi kesatuan bahasa yang dipahami oleh seluruh masyarakat di Indonesia dan Semenanjung Malaka.

Kemudian datanglah endeta Werner August Bode, Misionaris keturunan Jerman yang lahir di India pada tahun 1890. Ia menerjemahkan isi Alkitab dan pindah ke Sukabumi, Jawa Barat. Dia tidak sendiri menerjemahkan Alkitab, melainkan dibantu temannya yaitu Keiluhu dan Mashohor.

8. Terjemahan Alkitab Masa Peralihan

Pada tahun 1958 lalu, Lembaga Alkitab Indonesia berhasil menerbitkan Alkitab Terjemahan Lama. Terjemahan kali ini menggabungkan Terjemahan Lama Klinkert dan Bode. Isinya tersebut yang banyak dipakai gereja, selagi menunggu Alkitab terjemahan Perjanjian Baru.

9. Alkitab Terjemahan Perjanjian Baru

Lembaga Alkitab Indonesia kemudian juga bekerja sama dengan gereja Katolik Roma untuk memmbentuk tim penerjemah biblika dan bahasa. Tim tersebut diketahui Dr. J. L. Abineno yang berhasil menyelesaikan Perjanjian Baru dan diterbitkan pada tahun 1971. Alkitab Perjanjian Lama kemudian diterbitkan pada tahun 1974.

10. Alkitab Hasil Terjemahan Dinamis Fungsional

Lembaga Alkitba Indonesia juga berusaha menerjemahkan Alkitab ke dalam dinamis fungsional. Terjemahan ini lebih mementingkan arti adn fungsi ketimbang terjemahan harafiah. Teks penyampaiannya juga disuusn dengan menggunakan bahasa sehari-hari, salah satu terjemahannya yaitu Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini.

Akhir Kata

Sekian dulu pembahasan dari kami mengenai sejarah alkitab di indonesia. Dengan informasi tersebut, mudah-mudahan kita bisa lebih mencintai Alkitab, memperbanyak baca, dan mempraktekkannya.

Baca:


Tinggalkan komentar