Renungan Rohani Kristen Mengenai Pekerja Keras
Bersamakristus.org – Renungan Kristen tentang kerja keras harian air hidup. Usaha tidak akan membuahkan hasil jika kita setengah hati melaksanakannya. Usaha juga tidak akan berbuah apa-apa bila kita tak mengiringinya dengan doa kristen supaya usaha lancar. Sebab tanpa pertolongan Tuhan, semua harapan dan keinginan tak akan terwujud menjadi nyata.
Namun bila kita mengiringi usaha dengan doa yang tulus dan dipanjatkan melalui perantara Tuhan Yesus, niscaya apa yang kita harapkan dapat terkabul. Oleh karena itu, jangan lupa libatkan Tuhan dalam setiap upaya kita meraih sesuatu. Cobalah baca cara berdoa kristen agar dikabulkan.
Berbicara mengenai kerja keras, tentu hal ini sudah sewajibnya kita lakukan. Bila kita memiliki impian atau cita-cita, tanpa kerja keras hal tersebut takkan pernah mungkin terwujud. Maka dari itu, jangan pernah malas untuk melakukan sebuah perjuangan.
Meski demikian, di zaman yang serba instan seperti sekarang kita banyak menjumpai orang-orang yang memiliki impian tinggi namun tak mau berusaha. Misalnya ingin juara kelas tapi tidak mau belajar, atau ingin kaya tapi tidak ingin bekerja.
Tuhan tidak menyukai sikap seperti itu. Tuhan menekankan kita untuk bekerja keras bila ingin sesuatu. Seperti yang tertera pada renugan-renungan harian rohani Kristen Protestan dan Katolik singkat yang akan kami bagikan di bawah ini.
Renungan Kristen Tentang Bekerja Keras
Berikut adalah beberapa renungan harian rohani Kristen tentang pentingnya kerja keras, berjuang sekuat tenaga, dan mengorbankan waktu untuk meraih hal yang diinginkan secara singkat namun memotivasi dan menginspirasi. Silahkan disimak.
1. Renungan Pekeja Keras
“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Amsal 10:4.
Tak seorang pun ingin merasakan kegagalan, entah dalam hal studi, pekerjaan, atau profesi. Lalu bagaimana caranya agar keinginan dapat terwujud? Misalnya seorang karyawan ingin bekerja di perusahaan bonafit sehingga ia akan mendapatkan gaji dan tunjangan yang tinggi.
Selain itu, seorang siswa juga berpikir bagaimana caranya agar masuk ke sekolah unggulan dan berkuliah di kampus terbaik. Pebulutangkis berpikir agar bisa masuk pelatnas supaya bisa mendapatkan prestasi tinggi, dan lain sebagainya.
Sering kita hanya melihat hasil atau sesuatu yang tampaknya sudah enak tanpa berpikir bagaimana untuk meraihnya kita membutuhkankerja keras. Misalnya, seorang karyawan harus bekerja penuh dedikasi agar bisa mendapatkan upah yang sesuai.
Kemudian, tanpa belajar giat seorang siswa tak mungkin akan masuk ke perguruan tinggi favorit. Tanpa bekerja keras, pebulutangkis juga tidak akan masuk ke pelatnas, dan lain sebagainya. Intinya, jangan pernah kita bersikap malas terhadap sesuatu.
“Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar.” (Amsal 19:15).
Sebaliknya, jadilah orang yang selau bekerja keras. Karena Tuhan kita adalah tuhan yang bekerja, bukan Pribadi yang suka bermalas-malasan atau berpangku tangan saja.
“Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17), bahkan “Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.” (Mazmur 121:4).
Jika Tuhan saja bekerja keras, apakah kita sebagai umat-Nya hanya akan bermalas-malasan dan mau terima hasilnya saja? Tuhan menghendaki kita untuk bekerja sesuai kemampuan yang Dia berikan.
Kepada orang yang tak mau bekerja dan mengembangkan talenta yang dikaruniakan oleh-Nya, kita disebut sebagai hamba yang jahat dan malas.
“Hai kamu, hamba yang jahat dan malas,” (Matius 25:26).
“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,” Pengkotbah 9:10.
2. Pemimpin Rohani Bekerja Keras untuk Kita
“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” Ibrani 13:17.
Kita harus menghormati dan menghargai jerih lelah pemimpin rohani kita karena mereka yang memimpin kita di dalam Tuhan. Dia juga berjaga-jaga atas jiwa dari jemaat yang dipimpinnya. Ini adalah tugas yang sungguh mulia dan tak bisa dipandang remeh.
Menjadi pemimpin jiwa dengan berbagai karakter dan problema merupakan hal yang butuh kesabaran, ketekunan, dan komitmen tinggi, seperti seorang gembala yang harus dengan sabar menuntun kawanan domba.
Pemimpin rohani merupakan orang yang memimpin jemaat untuk hidup dalam Tuhan. Selain harus mengajarkan firman-Nya kepada jemaat yang dipimpin, ia juga dituntut untuk memberikan keteladanan hidup.
Bagaimanapun juga, pemimpin rohani merupakan manusia biasa, bukan malaikat, sehingga ia juga memliki kekurangan dan kelemahan. Meski begitu, kita hatus tetap menghargai dan menghormatinya, jangan sekali-kali melecehkan, menghujat, atau merendahkannya.
“Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.” (Ibrani 13:18).
Kita juga mesti bersyukur memiliki pemimpin rohani, sebab mereka juga menegur mengingatkan dan menasihati kita ketika kita berbuat kesalahan. Namun, betapa banyak dari kita justru menjadi marah saat ditegur karena kesalahan.
“Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.” (Amsal 15:31-32).
Kita bisa belajar dari jemaat Makedonia, yang tidak hanya mengomentari pemimpin rohnya, melainkan juga memperhatikan apa yang menjadi kebutuhannya. Pemimpin rohani adalah orang pilihan Tuhan, maka dari itu hargailah dia.
Akhir Kata
Demikian penjelasan mengenai renungan rohani kristen tentang kerja keras, mudah-mudahan renungan ini dapat membuat kita menjadi semakin termotivasi untuk bekerja lebih keras dalam segala hal. Baik dalam menggapai cita-cita, pelayanan terhadap Tuhan, dan lain sebagainya.
Baca: