Renungan Kristen Kaum Bapak

Renungan dan Khotbah Harian Kristen untuk Kaum Bapak

Bersamakristus.org – Renungan Kristen kaum bapak terbaru. Kaum bapak atau ayah merupakan pihak yang tidak kalah memiliki peran yang sangat penting. Seperti mencari nafkah, melindungi, hingga mengayomi keluarga.

Kaum bapak juga bertanggung jawab atas lebih banyak keputusan dalam ruman tangga, seperti mengambil keputusan anak sekolah, pindah rumah, dan lain sebagainya. Hal ini membuat peran ayah atau bapak juga tidak bisa digantikan oleh siapapun.

Di kesempatan sebelumnya kami telah membagikan kumpulan renungan kristen untuk kaum ibu. Dan pada kesempatan ini kami ingin membagikan kumpulan renungan lainnya, yakni renungan kristen kaum bapak.

Renungan-renungan yang akan kami bagikan di bawah ini merujuk pada peran bapak atau ayah di dalam rumah tangga, bagaimana sikap ketika menghadapi masalah, dan lain sebagainya.

Tentunya renungan ini bisa dbaca kapan saja, namun akan lebih maksimal bila dibaca pada saat teduh, yakni ketika kita benar-benar menyisikkan waktu untuk sahabat saja, bukan yang lain.

Renungan Rohani Kristen untuk Tentang Kaum Bapak

Langsung saja tanpa basa basi kembali, silahkan simak pembahasan mengenai kumpulan renungan harian rohani Kristen tentang kaum bapak atau ayah yang singkat, memotivasi, dan menginspirasi.

1. Teguran Tuhan saat Kita Melawan

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” Amsal 19:20.

Tuhan kita merupakan Tuhan yang sangat baik. Dia selalu memperhatikan dan mengasihi kita. Ketika kita lemah dan tidak berdaya, Tuhan selalu hadir melalui roh Kudus-Nya menguatkan kita. Saat kita sedang susah, roh-Nya hadir guna menghibur kesedihan kita.

Namun pada saat saat tertentu, Tuhan harus berlaku keras kepada kita. Yakni menegur dan jika perlu menampar kita. Termasuk bagi seorang ayah yang mendidik anaknya dengan salah.

“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:19).

Tuhan berlaku keras kepada kita bukan tanpa sebab, melainkan Dia memiliki alasan yang masuk akal.

“…ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab?” (Yesaya 50:2a).

Saat Tuhan datang kepada kita, kita tidak peduli dan saat Dia memanggil, kita tidak menjawab. Saat itulah Tuhan akan berlaku keras kepada kita supaya kita segera menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Bila Tuhan mendidik kita dengan keras melalui hajaran atau pukulan, bukan berarti Dia tidak mengasihi kita, justru Dia menunjukkan kepedulian-Nya, kasih-Nya, dan tanggung jawab-Nya atas hidup kita.

Hal ini dilakukan karena Dia tak ingin kita semakin melenceng dari jalan-Nya. Sebagaimana seorang ayah yang menghukum ketika anaknya bandel dan tidak mau taat, begitu juga dengan Bapa di Sorga bila kita sudah diberitahu, diingatkan, dan dinasihati secara halus namun tetap mengeraskan hati dan tak mau mendengar.

“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” (Amsal 13:24).

Bukan kematian orang fisik yang Tuhan kehendaki, melainkan pertobatannya, karena itulah Tuhan berlaku sabar. Jika Tuhan menghajar dan memukul kita, berarti Dia memiliki rencana yang indah dibalik semua tindakan-Nya.

“Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.” (Ayub 5:18).

Saat kita menempuh jalan yang salah, Roh Kudus bicara dengan lembut kepada kita untuk mengingatkan, janganlah mengeraskan hati jika ditegur dan diperingatkan, sebba hal itu untuk kebaikan hidup kita juga. Tuhan harus berlaku keras kepada kita karena Dia tidak ingin kita bermain-main dengan dosa dan mengalami kebinasaan.

2. Orangtua dan Anak Saling Bertanggung Jawab

“Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian,” Amsal 4:1.

Anak adalah titipan Tuhan, namun tugas mendidik anak adalah tanggung jawab semua orangtua, termasuk ayah atau bapak, Dewasa ini, seringkali tanggung jawab tersebut dibebankan kepada ibu saja, sementara si ayah jarang sekali menyempatkan waktunya secara intensif untuk anak-anak karena alasan sibuk dengan pekerjaan.

Alkitab juga mengingatkan bahwa sesibuk apapun, seorang ayah tidak boleh meninggalkan tanggung jawab dalam hal mendidik anak karena ayah atau bapak merupakan wakil Tuhan dalam keluarga.

Umumnya, seorang anak laki-laki akan menjadi fitur ayah sebagai role model dalam kehidupannya. Tingkah polah ayah juga akan menjadi perhatian tersendiri dalam hati si anak. Kalau anak sudah memiliki konsep yang salah mengenai ayahnya, yang dalam kesehariannya suka bersikap kasar, memukul, membentak, egois, dan kurang menghargai orang lain, maka secar tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk pola pikir si anak yang negatif di kemudian hari.

Di dalam hal mendidik anak, orangtua harus bersikap keras, bahkan bila itu diperlukan, menurut Alkitab, orangtua boleh menggunakan tongkat, namun tanpa membangkitkan amarah si anak.

“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” (Amsal 13:24).

Yang terpenting adalah motivasi orangtua ketika memukul atau menghajar anak. Pukulan dan hajaran tersebut harus didasari dengan kasih agar si anak jera, mengerti akan kesalahannya dan bertekad tidak mengulanginya lagi. Kesalahan orangtua adalah tidak menggunakan tongkat karena mengasihi anaknya, namun untuk melampiaskan amarah.

Hal ini sungguh berbahaya karena bila dalam keadaan marah atau kengkel, orangtua bisa dapat memukul anaknya dengan tanpa belas kasih dan tak terkendali. Ini adalah kejahatan di mata Tuhan.

“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21).

Ayah atau bapak yang takut akan Tuhan tidak akan mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya untuk mendidik anak sesuai firman Tuhan.

Akhir Kata

Itu dia kumpulan renungan rohani kristen kaum bapak. Semoga dengan adanya renungan ini, kita bisa menjadi semakin menyayangi bapak atau ayah kita dan tak melupakan jasanya yang tak kalah besar dibanding ibu. Amin.

Baca:


Tinggalkan komentar